3. SYARAT-SYARAT IBADAH HAJI
Ibadah Haji diwajibkan atas manusia dengan lima syarat:
- Islam
- Berakal
- Baligh
- Memiliki kemampuan perbekalan dan kendaraan
- Merdeka
4. MIQAT-MIQAT UNTUK IBADAH HAJI
MIQAT adalah apa yang telah ditentukan dan ditetapkan
oleh syari'at untuk suatu ibadah baik tempat ataupun waktu.[5] Dan haji memiliki dua miqat yaitu
miqat Zamani dan miqat Makani. Adapun miqat Zamani dimulai dari malam
pertama bulan syawal menurut kosensus para ulama, akan tetapi para ulama
berbeda pendapat tentang kapan berakhirnya bulan haji. Perbedaan ini terbagi
menjadi tiga pendapat yang masyhur yaitu:
1.Syawal, Dzul Qa'dah, dan 10 hari dari Dzul Hijjah dan ini merupakan
pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Ibnu Umar, dan Ibnu Zubair dan ini yang
dipilih madzhab hanbali.
2.Syawal, Dzul Qa'dah, dan 9 hari dari Dzul Hijjah dan ini yang dipilih
madzhab Syafi'i.
3.Syawal, Dzul Qa'dah, dan Dzul Hijjah ini yang dipilih madzhab malikiyah
Dan yang rajih –wallahu’alam– bahwa bulan Dzul Hijjah seluruhnya
termasuk bulan haji dengan dalil firman Allah Ta'ala:
الحج أشهر معلومات فمن فرض فيهن الحج فلا
رفث ولا فسوق ولا جدال فى الحج
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.
Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka
tidak boleh rafats, berbuat kefasikan, dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji.” (QS. Al-Baqarah [2]: 197)
dan firman Allah Ta'ala :
وأذان من الله ورسوله إلى الناس يوم الحج
الأكبر أن الله بريء من المشركين
“Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan
Rasul-Nya kepada manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan
Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyirikin.” (QS. At-Taubah [9]: 3)
Dalam surat Al-Baqarah ini Allah Ta'ala berfirman (أشهر)
dan bukan dua bulan sepuluh hari atau dua bulan sembilan hari. padahal (أشهر)
jamak dari (شهر) dan hal itu menunjukkan paling sedikit tiga bulan dan pada
asalnya kata (شهر) masuk padanya satu bulan penuh dan tidak dirubah asal ini
kecuali dengan dalil syar'i [6] maka tidak boleh berhaji sebelum
bulan syawal dan tidak boleh mengakhirkan suatu amalan haji setelah bulan
Dzulhijjah.
Sebagai contoh seorang yang berhaji pada bulan Ramadhan maka ihramnya
tersebut tidak dianggap sah untuk haji akan tetapi berubah menjadi ihram untuk
Umrah.
Adapun miqat makani, maka berbeda-beda tempatnya disesuaikan dengan negeri
dan kota yang akan menjadi tempat awal para haji untuk melakukan ibadah
hajinya. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasullulah Shallallahu'alaihi
Wasallam sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas Radhiallahu'anhu:
لأهل المدينة ذا الحليفة ولأهل الشام الجحفة
ولأهل النجد قرن ولأهل اليمن يلملم قال هن لهن لمن أتى عليهن من غير أهلهن ممن كان
يريد الحج و العمرة فمن كان دونهن مهله من أهله وكذلك أهل مكة يهلون منهاrوقت رسول الله
“Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam telah menentukan miqat bagi ahli Madinah Dzul Hulaifah *dan bagi ahli Syam Al-Juhfah dan
bagi ahli Najd Qarn dan bagi ahli Yamam Yalamlam lalu
bersabda: “mereka (miqat-miqat) tersebut adalah untuk mereka dan untuk
orang-orang yang mendatangi mereka selain penduduknya bagi orang yang ingin
haji dan umrah. Dan orang yang bertempat tinggal sebelum miqat-miqat tersebut,
maka tempat mereka dari ahlinya, dan demikian pula dari penduduk Makkah berhaji
(ihlal) dari tempatnya Makkah.” (H.R Bukhari 2/165, 166; dan
3/21, Muslim 2/838-839, Abu Dawud 1/403, Nasa'i 5/94,95,96)
No Comments "5 Hal Yang Perlu Anda Ketahui Seputar Ibadah Haji (2)"
Post a Comment